Senin, 26 Agustus 2013

Kitab Hindu Versi Android

02

Sebuah Kebutuhan di Era Modern, Tersedia dalam berbagai Versi Digital

Perkembangan teknologi informasi komunikasi dewasa ini sangatlah pesat. Perkembangan itu ditandai dengan cepatnya perkembangan perangkat-perangkat komunikasi dan makin terjangkaunya jaringan internet. Hal ini tak ayal merubah gaya hidup masyarakat. Kalau dahulu orang memakai surat sebagai sarana berkomunikasi jarak jauh sekarang ini peran surat tersebut digantikan oleh email, sms, atau telepon. Contoh lain misalnya pada jaman dahulu di era internet belum populer anak-anak sekolah mengerjakan tugas sekolah dengan mencari bahan di buku-buku sekarang ini anak sekolah cenderung menggunakan internet. Tinggal login ke website mesin pencari kemudian ketikkan kata kunci pencarian maka dengan segera informasi yang dicari tersebut tersaji.

Pemanfaatan perkembangan teknologi informasi juga dimanfaatkan dalam kehidupan beragama. Dalam kehidupan beragama teknologi informasi digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama. dengan demikian ajaran agama tersebut dapat disampaikan secara lebih cepat dan menjangkau daerah yang lebih luas. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan beragama salah satunya dengan mendigitalisasi kitab suci menjadi sebuah aplikasi (software) komputer maupun handphone.
Melalui digitalisasi ini kitab suci yang biasanya dibaca melalui buku dapat dibaca melalui komputer atau handphone. Kelebihan dari digitalisasi ini yakni membuat kegiatan belajar kitab suci lebih menyenangkan dan praktis. Kitab suci digital lebih menyenangkan dipelajari karena di dalamnya dimasukkan fitur-fitur tambahan yang menghibur dan design / tampilan programnya menarik.
Sedangkan sisi praktis dari kitab suci digital yaitu adalah fitur pencarian sehingga pengguna aplikasi tersebut hanya perlu mengetikkan kata kunci dan aplikasi tersebut kemudian akan menampilkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kata kunci yang dicari. Pada aplikasi handphone tentu kitab suci digital lebih praktis dibawa kemana-mana.

Pendigitalisasian kitab suci ini sangat lumrah kita temui di agama Islam maupun Kristen. Sangat banyak aplikasi-aplikasi yang  memuat Alkitab maupun Al’quran baik yang dapat diakses melalui handphone maupun computer. Aplikasi-aplikasi ini sangat didukung oleh majelis keagamaan mereka.
 Sementara di agama Hindu sendiri sebenarnya juga tidak kalah. Banyak sekali aplikasi-aplikasi Hindu yang sudah beredar hanya saja kebanyakan aplikasi-aplikasi tersebut masih berbahasa Inggris. Aplikasi Hindu berbahasa Indonesia  memang belum banyak ada karena kekurangtertarikan pengembang software untuk membuatnya. Barulah pada tahun 2012 aplikasi Hindu mulai beredar. Aplikasi ini dibuat oleh Sdr. I Ketut Agus Muliana seorang dosen tidak tetap di Institut Hindu Dharma Denpasar. Ada empat aplikasi yang sudah dibuatnya sejak tahun 2011 yaitu Bhagawadgita For Universe (untuk komputer), Sarasamusccaya Digital (untuk komputer), Sarasamusccaya For Android (untuk perangkat berbasis android), dan Mantra dan Doa Sehari-hari Hindu (untuk perangkat berbasis android).

Bhagawadgita For Universe
Aplikasi ini mulai dibuat pada Februari 2011. Aplikasi ini akhirnya selesai setahun kemudian di bulan yang sama. Aplikasi ini dinamakan Bhagawadgita For Universe untuk mengakomodir semua ide (masukan) terhadap aplikasi ini baik mereka yang ingin mempertahankan ciri khas Hindu Bali maupun Hindu global. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan simbol omkara versi Bali maupun versi global secara bersamaan. Unsur Bali juga dapat dilihat dari ornamen patra yang dapat dilihat di tiap bab.
Aplikasi ini memuat beberapa fitur yaitu :


  1. Adanya teks devanagari (sansekerta). dengan adanya teks devanagari diharapkan pengguna  software ini mampu belajar aksara devanagari secara mandiri.
  2. Adanya alih aksara lengkap dengan tanda diakritic. bagi pengguna yang tidak bisa membaca aksara devanagari dapat membaca alih aksaranya. Dalam bahasa Kawi dan Sansekerta peran tanda diacritic sangatlah penting. Ketiadaan tanda diacritic akan menimbulkan makna yang berbeda. Sebagai contoh kata bala dalam bahasa Sansekerta.  Ketika ditulis “bala” seperti biasa, kata tersebut akan bermakna  kekuatan, tetapi ketika ditulis dengan “bāla” artinya berubah menjadi  anak laki-laki dan ditulis “bālā” artinya menjadi anak perempuan. Melalui tanda diacritic juga para pengguna belajar bagaimana pasang pageh dari suatu kata bahasa Kawi dan Sansekerta semestinya ditulis. Pengucapan kata dalam sloka juga disesuaikan dengan tanda diacritic sehingga sloka tersebut dibaca dengan benar.
  3. Adanya  fasilitas audio. Pengguna aplikasi ini hanya tinggal menekan tombol  play  maka contoh pembacaan sloka tersebut akan terdengar. Fitur ini merupakan keunggulan tersendiri di mana masih jarang aplikasi digital menerapkannya. Melalui fitur ini pengguna dapat belajar cara menyanyikan sloka-sloka Bhagawadgita melalui contoh audio yang sudah ada. Hal ini tentu akan sangat membantu umat dalam belajar kitab suci secara lebih menarik.

  4. Adanya fasilitas pencarian kata. Melalui fasilitas ini pengguna hanya perlu mengetikkan kata kunci yang dicari. System akan secara otomatis menampilkan list  dari sloka-sloka yang memuat kata kunci tersebut. Aplikasi ini sangat penting untuk memperdalam aspek-aspek ajaran Bhagawadgita secara lebih cepat.
  5. Adanya fasilitas favorite. Fasilitas favorite merupakan sebuah fitur penyimpanan sloka. dengan menambahkan sloka ke dalam fasilitas favorite maka sloka tersebut akan dapat dipanggil ketika diinginkan secara lebih cepat. Fitur ini sekaligus dapat mengingatkan kajian (isi) suatu sloka dengan  menamakannya sesuai dengan keinginan. Misalnya bila pengguna dapat menyimpan sloka Bab IX.26 dengan Sarana Upacara sesuai dengan isi sloka tersebut.
 o1

Sarasamusccaya Digital
Sarasamusccaya Digital dikembangkan pada tahun 2012. Aplikasi ini dikhususkan untuk  komputer bersystem operasi Windows. Fitur-fitur dalam aplikasi ini hampir sama dengan Bhagawadgita For Universe hanya saja aplikasi ini belum mempunyai fitur audio.


   Sārasamusccaya Digital

Sarasamusccaya For Android

Aplikasi Sarasamusccaya For Android hampir dikembangkan pada tahun 2013. Secara umum hampir sama dengan Sarasamusccaya Digital hanya saja aplikasi ini dikhususkan untuk perangkat berbasis Android.

04
  Sarasamusccaya For Android
Mantra dan Doa Sehari-hari Umat Hindu
Aplikasi ini juga dikembangkan dari tahun 2013. Aplikasi ini dikhususkan untuk perangkat Android. Di dalam aplikasi ini terdapat Mantra-mantra untuk persembahyangan termasuk juga mantra-mantra khusus di pura-pura tertentu sesuai dengan Ista Dewatanya. Selain itu di dalam aplikasi ini terdapat pula doa-doa sehari-hari mulai dari doa bangun tidur sampai doa menjelang tidur. 
05 o7
 Mantra dan Doa Sehari-hari Hindu & Icon Sarasamusccaya dan Mantra Hindu pada Android

Aplikasi-aplikasi tersebut adalah sebuah langkah awal dalam usaha digitalisasi kitab suci Hindu. Ke depan tentunya kita semua berharap seluruh kitab Weda baik Ṣruti maupun Smṛti semuanya dapat digitalisasi. Semoga semakin banyak bermunculan aplikasi-aplikasi sejenis yang mampu membimbing umat Hindu memperdalam ajaran agamanya.
Read More >>

Sabtu, 15 September 2012

Program Bhagawadgita untuk Komputer

Telah terbit program Bhagawadgita For Universe sebuah program komputer yang memuat kitab Bhagawadgita secara digital. Program Bhagawadgita For Universe ini dilengkapi dengan beberapa fitur :
1. Aksara Devanagari
2. Alih Aksara lengkap dengan tanda diakritis
3. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
4. Chanting sloka, memungkinkan pengguna belajar bagaimana menyanyikan sloka-sloka Bhagawadgita
5. Pencarian sloka / kata yang terdapat dalam Bhagawadgita
6. Penyimpanan sloka favorite
Untuk pemesanan silakan hubungi :
Agus Muliana
Jalan Antasura 47 Denpasar
HP : 081936075432
email : agusmuliana@gmail.com
blog : http://www.ketutagusmuliana.tk
twitter : @agusmuliana
Semoga program ini dapat membantu Anda untuk memperdalam ajaran agama. Terimakasih
Read More >>

Senin, 19 Desember 2011

Melanggar HAM Demi Surga





Beberapa hari yg lalu kita memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM). Peringatan ini mempunyai arti yg penting bagi Negara kita mengingat Negara kitalah yg pertama kali mencantumkan pokok-pokok perlindungan hak-hak asasi manusia ke dalam UUD-nya, jauh sebelum PBB dengan Declaration of Human Right-nya. Namun demikian ternyata masih banyak kesenjangan antara pelaksanaan UUD tersebut dengan prakteknya di masyarakat.
Masih segar dalam ingatan kita Tragedi Semanggi dan Tri Saksi yang menelan banyak korban mahasiswa yang terbungkam kebebasan menyatakan pendapatnya. Atau kalau tidak mungkin anda tentu mengingat kasus Munir, seorang aktivis HAM yang dibunuh, tetapi pelakunya dapat bebas dengan seketika. Kedua kasus pelanggaran HAM tersebut hanyalah sebagian kecil contoh-contoh pelanggaran HAM di negeri ini. Apabila kita jeli menyimak maka kita akan menemukan ribuan pelanggaran HAM yang telah terjadi selama perjalanan pemerintahan di Indonesia baik dari jaman Orde Baru sampai sekarang. Hal tersebut merupakan bukti nyata lemahnya penegakan hukum di Negara kita.
Ranah agamapun tidak ketinggalan memberikan andil dalam pelanggaran HAM ini. Kaum agamawan yang selama ini dihormati dan dianggap  suci ternyata masih saja bertindak menyimpang. Memang hal yang manusiawi bila kita berbuat salah, namun sangatlah bodoh apabila kita yang sudah berulang kali diberi tahu namun tetap tidak mengerti.
Kasus pelanggaran HAM berat di negeri ini yang dari masa ke masa tidak henti-hentinya yaitu konversi agama. Pemaksaan terhadap keyakinan kita agar dianut oleh orang lain sudah jelas-jelas dilarang oleh UUD karena keyakinan terhadap suatu agama diyakini sebagai keyakinan yang paling hakiki karena menyangkut hubungan manusia secara pribadi dengan Tuhannya.
Seringkali agama-agama kecil dikonversi agar masuk suatu agama tertentu. Pemerintah yang seharusnya menegakkan hak-hak asasi manusia seolah diam saja. Pemerintah seolah tidak punya taring mengingat pengaruh kuatagama tersebut di politik.
Kita dapat belajar dari sejarah dari keruntuhan kerajaan Majapahit. Dari cerita Sabda Palon kita dapat mengetahui bagaimana keruntuhan kerajaaan terbesar Siwa-Budha ini. Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Kerajaan Muslim karena Raja Brawijaya yang kala itu memerintah Majapahit dikhianati oleh Kerajaan Demak yang diperintah oleh anaknya sendiri, Raden Patah. Sungguh sangat ironis alasan di balik itu semua. Ternyata bagi Raden Patah membasmi orang-orang “kafir” merupakan amal baik yang sangat tinggi dan mereka yang melakukan itu akan hidup di Surga. Hal tersebut membuat saya bertanya-tanya: Apakah agama sekarang sudah demikian jauhnya dari dharma sehingga seorang anak berani melawan ayahnya sendiri hanya demi kenikmatan  Surga? Adakah kebahagiaan bagi mereka yang membunuh anggota keluarganya sendiri? Mungkin akan lebih baik apabila kita tidak beragama saja daripada berani melawan orang tua. Adalah dharma seorang anak untuk menghormati orangtuanya.
Kita dapat belajar dari Yudistira, Pandawa tertua mengenai bagaimana semestinya menghormati orangtua. Diceritakan dalam cerita Mahabharata bahwa demi menjaga kata-kata dan kehormatan ibunya Kunti, Pandawa bersaudara menikahi Draupadi. Ketika itu merupakan hal yang tidak lumrah apabila seorang istri bersuami lebih dari satu orang. Dharmasastra juga mengatakan demikian. Namun bagi Pandawa, Ibunya lebih penting daripada Dharmasastra apapun. Taitriya Upanisad mengatakan orangtua merupakan perwujudan Tuhan di dunia yang mesti dihormati(Mrta dewa bhawa, Prta dewa bhawa).
Sedangkan di era globalisasi ini masih ada saja pelanggaran HAM karena “perebutan Surga”.
Kita dapat lihat kasus-kasus di Poso, Maluku, dan beberapa daerah konflik lainnya yang masing-masing mengklaim sebagai agama yang paling benar dan kemuliaan bagi mereka yang berhasil membawa penganut baru ke dalam agamanya. Adakah Surga bagi mereka yang menyakiti orang lain? Yogasara Samgraha mengatakan “Ahimsayah paro dharma”, Dharma yang paling tinggi nilainya adalah tidak menyakiti, baik dari segi pikiran, perkataan, maupun perbuatan.
Mungkin kita perlu rembug bersama akan apa yang dinamakan kafir dan bidah itu sesungguhnya sehingga kasus-kasus pelanggaran HAM atas nama Surga tidak terjadi lagi. Saya yakin kalau semua agama mengajarkan tentang kebijaksaan agar berbuat santun, jujur, dan menghindari perbuatan tercela. Mungkin pemahaman kita yang sepotong-sepotong terhadap agama kita dan agama orang lain yang seringkali menyebabkan kita bertindak ekstrim seperti itu. Dengan adanya pemahaman yang benar terhadap keyakinan orang lain maka kita akan mengormati keyakinan orang tersebut. Semoga kasus-kasus pelanggaran HAM karena masalah perbedaan agama tidak terjadu\i lagi di masa mendatang.
Read More >>

Minggu, 18 Desember 2011

Strategi Pembelajaran Agama Hindu Melalui Media Teknologi Informasi Komunikasi




Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini sangatlah cepat. Hal ini dapat kita lihat dari makin berkembangnya perangkat computer beserta softwarenya,  membanjirnya warnet-warnet di perkotaan, dan makin banyaknya pengguna handphone yang  disertai dengan makin murahnya tarifnya. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat akan teknologi ini sehingga seperti sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditoleransi lagi. Dengan TIK mereka dapat memperoleh informasi secara  cepat dan murah.
Dunia pendidikan hendaknya melirik penggunaan TIK dalam upaya pengembangannya. TIK sangat diperlukan dalam membangun pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut misalnya dengan menggunakan TIK sebagai media pembelajaran. Disamping itu dapat pula dipergunakan sebagai media memperoleh pengetahuan melalui internet. Dengan TIK, para murid tentunya akan lebih mudah memperoleh informasi dari internet daripada mencari-cari bahan pelajaran lewat buku di perpustakaan. Demikian pula guru, ia akan lebih gampang dalam memperoleh bahan ajar yang diperlukan.
Begitu pula halnya dengan system pembelajaran agama Hindu. Selama ini, pelajaran agama Hindu cenderung dinomorduakan oleh para murid. Akibatnya sudah dapat kita lihat sekarang ini. Orang Hindu tidak mengerti akan ajaran agamanya sendiri, dan lebih jauh lagi mereka mempunyai moral yang bobrok. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk menarik minat para generasi muda Hindu yang salah satunya melalui media TIK. Diharapkan dengan integrasi TIK ke dalam system pendidikan Hindu sebagai media pembelajaran, minat generasi muda Hindu terhadap pelajaran agama dapat ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan system pelajaran agama Hindu dapat melahirkan generasi muda Hindu yang berkualitas baik dari segi pengetahuan agama maupun moral yang baik.
             Dalam proses pengajaran seorang guru dapat menggunakan TIK sebagai media dengan menyajikan materi pelajaran melalui penggunaan komputer disertai LCD projector. Dalam penyajiannya seorang guru hendaknya membuat slide show yang menarik, misalnya dengan menyelipkan gambar-gambar dan suara yang menarik. Dapat pula seorang guru dapat memutar sebuah film tertentu yang mendukung materi pelajaran. Misalnya dalam menjelaskan cerita Ramayana dan Mahabharata dengan memutar film tersebut. Hal ini merupakan inovasi yang hendaknya dipikirkan mengingat selama ini para siswa cenderung mengantuk apabila gurunya sendiri yang bercerita cerita Itihasa tersebut.
            Penggunaan media ini disamping mampu menarik minat belajar anak, juga mampu meningkatkan daya tangkap anak terhadap  materi yang diberikan. Selama ini materi pelajaran agama hanya disajikan melalui ceramah di depan kelas yang terkadang  kurang dimengerti dan membosankan. Melalui media TIK ini, maka siswa akan mampu menyerap pelajaran yang diberikan karena siswa tidak hanya menangkap pelajaran melalui suara dari guru, tetapi sekaligus gambaran ilutrasi yang dapat dilihat langsung melalui gambar atau video yang ditayangkan. Inilah kelebihan media TIK yang mampu menjadi media audio visual.
Selain melalui media, TIK juga mampu membantu seorang guru atau siswa dalam mencari bahan pelajaran. Hal ini sangatlah membantu mengingat masih terbatasnya buku-buku Hindu di pasaran, yang terkadang juga tidak dapat dijangkau oleh para siswa. Melalui internet, seorang guru atau siswa dapat memperoleh informasi tersebut dengan mudah dan murah. Beberapa situs dalam negeri seperti halnya situs Parisada bahkan menyediakan pustaka Weda beserta susastranya yang dapat didownload secara gratis. Situs-situs dari luar negeri bahkan menyediakan informasi yang lebih banyak, hanya saja umumnya kita masih mengalami kendala dalam masalah bahasa.
            Namun demikian ada beberapa kendala dalam penerapannya. Penggunaan media ini masih terkendala sarana dan prasarana terutama bagi guru-guru di pelosok pedesaan. Disamping itu SDM guru umumnya belum memahamahi TIK. Mudah-mudahan dengan adanya komitmen dari pemerintah untuk memajukan pendidikan, maka kendala sarana dan prasarana tersebut dapat segera teratasi. Pemerintah juga hendaknya melatih para guru agar mengenal TIK sehingga mereka dapat mengajar dengan lebih baik.
            Ke depannya diharapkan Parisada mampu memberikan informasi secara lebih maksimal kepada umat melalui tambahan pustaka-pustaka yang lain ke dalam situsnya. Parisada juga hendaknya mampu memberikan informasi-informasi keutamaan secara yang actual di situsnya Dharma Wacana, tanya jawab seputar Hindu, dan artikel-artikel hendaknya ditingkatkan. Demikian pula dengan situs-situs Hindu yang dibuat oleh lembaga atau organisasi Hindu yang lain juga hendaknya ikut serta berperan aktif dalam mencerdaskan umat.
            Mengingat belum semua umat paham akan internet dan juga belum meratanya  layanan internet tersebut di daerah-darah, Parisada juga hendaknya membuat layanan sms (short message service) yang lebih familiar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umat. Kita dapat belajar dari umat Muslim yang sangat jeli memahami hal ini. Semoga di masa mendatang pemahaman umat akan ajaran Hindu dapat ditingkatkan
Read More >>

Konflik Beragama: Perlukah Indonesia Menjadi Negara Sekuler?




Hari Lahir  Pancasila tahun ini harus dikenang dengan pahit. Betapa tidak hari  dimana Pancasila lahir malah ternoda oleh perilaku kekerasan yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) kepada Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan(AKKBB) yang melakukan aksi damai di silang Monas. FPI mengklaim AKKBB melakukan tindakan penghinaan terhadap organisasinya. Secara khusus penyebab insiden ini yaitu FPI menuding AKKBB menginginkan kebebasan berkeyakinan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi Ahmadiyah, sebuah aliran baru dari agama Islam yang mempunyai ajaran tersendiri.FPI menuding AKKBB pro-Ahmadiyah yang   dianggapnya sesat dan menodai ajaran Islam.
Aksi tersebut mendapat kecaman dari berbagai element bangsa bahkan dari umat Islam sendiri. Masyarakat menuntut agar FPI segera dibubarkan.Di daerah-daerah bahkan dilakukan tindakan sweeping terhadap anggota FPI. Kalau kita cerdas berpikir maka tentunya kita akan bertanya-tanya tidakkah ada kebebasan dalam hidup beragama sampai sebuah keyakinan seperti Ahmadiyah harus dilarang? Tidakkah pemerintah malah melakukan pelanggaran HAM berat dengan melarang seseorang menganut keyakinan tertentu yang notabene merupakan hak asasi yang paling hakiki?
Mungkin masih segar dalam ingatan kita  semua akan aksi pro kontra terhadap pornoaksi dan pornografi beberapa tahun yang lalu. Inilah salah satu bentuk  intoleransi terhadap keyakinan orang lain. Suatu kelompok memaksakan pemahamannya terhadap pornoaksi dan pornografi dari sudut pandangnya sendiri tanpa melihat orang lain mempunyai pemahaman yang berbeda tentang hal tersebut. Pemerintah juga dituntut untuk segera mengesahkan RUU APP itu menjadi UU. Kalau itu terjadi tidakkah pemerintah membatasi warganya dalam berkeyakinan? Adanya pihak yang pro dan kontra tidak jarang menimbulkan aksi anarkis terhadap kelompok lainnya. Hal tersebut terkadang membuat kita bertanya-tanya kembali :mengapa agama malah menjadi sumber konflik?  Kalau demikian tidakkah sebaiknya Indonesia menjadi negara sekuler saja?
Pancasila sebagai idiologi bangsa sebenarnya sudah mengamanatkan hal ini. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidaklah berarti Indonesia tidak boleh menjadi negara sekuler. Sila  pertama Pancasila tersebut mengisyaratkan kepada kita agar menghormati keyakinan agama lain.. Tetapi dengan sistem pemerintahan sekarang ini, sangatlah sulit dalam membentuk toleransi antarwarga. Kendali pemerintahan ternyata tidak adil dimana orang-orang pemerintahan kebanyakan diisi oleh orang dari agama mayoritas. Hal ini berakibat kebijakan pemerintah menjadi berat sebelah. Kelompok minoritas kerap kali terpinggirkan sedangkan kelompok mayoritas semakin berani bertindak sewenang-wenang. Pemerintah juga menjadi tidak tegas dalam menindak aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.Contoh nyatanya dapat kita lihat dari perusakan Pura Sangkarehyang beberapa waktu lalu. Pemerintah terkesan lambat dan yang lebih memprihatinkan media juga seperti membisu melihat aksi ini.
Pembentukan negara sekuler juga mampu meningkatkan efisiensi pemerintah. Pemerintah tidak perlu lagi membentuk Departemen Agama. Bayangkan berapa rupiah yang dapat dihemat dari hal ini. Beberapa tahun yang lalu bahkan ada indikasi bahwa Departemen Agama  adalah departemen terkorup di negeri ini. Alangkah bagusnya dana keagaamaan yang besar seperti itu dapat dialokasikan kepada sektor pendidikan. Dana itu akan mampu membantu pembenahan pendidikan di negeri ini yang buruk. Melalui pendidikan ini juga dapat dilakukan pembenahan terhadap mentalitas generasi muda dengan menekankan pentingnya toleransi dalam kehidupan. Hal ini dapat dilakukan melalui pelajaran tertentu misalnya saja pendidikan Pancasila seperti yang sudah ada.
Kita dapat belajar dari India yang notabene merupakan negara sekuler. Di sana warganya bebas beribadat sesuai dengan keyakinannya. Tidak ada yang akan mempermasalahkan kalau seorang yogi disana melakukan ritual dengan telanjang. Dan kita lihat konflik di India tidaklah separah di negeri ini. Yang lebih penting lagi pendidikan mereka  berkembang dengan baik dimana outputnya diakui secara internasional.
Dengan benruk negara sekuler, maka pemerintah tidak akan saling lempar tangung jawab terhadap permasalahan keumatan. Dalam kasus  FPI saja pemerintah juga kebingungan dalam menentukan sikap terhadap FPI apakah yang berwenang Kementrian Hukum dan HAM atau dari Kementrian Dalam Negeri. Kepolisisan juga menjadi takut mengambil tindakan yang tegas. Dengan bentuk negara sekuler maka kepolisian  dapat bertindak lebih tegas karena masalah keamanan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
Tentunya opsi ini adalah opsi terakhir yang harus dikaji kembali. Jika negara masih gagal dalam menjamin kebebasan rakyatnya dalam beribadat sesuai dengan ajaran agamanya dan tidak mampu membentuk  toleransi beragama antarwarganya maka opsi ini hendakya dapat dipikirkan untuk diterapkan. Hidup berbangsa yang multikultur dengan rukun tanpa adanya toleransi adalah hal yang mustahil. Ini hanya akan menyuburkan konflik antarwarga dan bahkan akan mengancam persatuan bangsa
Read More >>