Sabtu, 10 Desember 2011

Ternyata Kita Masih Seorang Anak Kecil


Masih ingatkah rekan-rekan dengan kehidupan masa kecil masing-masing? Ternyata masa kecil kita sulit dilupakan karena penuh dengan kenangan. Ada banyak kejadian lucu, sedih, dan menyenangkan yang telah kita lalui. Pengalaman-pengalaman itulah yang telah banyak mengajari kita tentang kehidupan. Mungkin pengalaman-pengalaman berikut ini juga dirasakan oleh teman-teman.
Ketika kecil seringkali kita sangat senang bermain-main lumpur. Seringkali nasehat baik dari orang tua untuk jangan seperti itu kita acuhkan. Bahkan orang tua yang dengan cinta kasihnya membersihkan badan kita dari kotoran-kotoran setelah bermain-main itu kita tidak sukai. Kita sangat senang berkotor-kotor ria. Dimandikanpun kita akan meronta-ronta menangis sedih karenanya.
Pengalaman lain di masa kecil yang juga mungkin dirasakan teman-teman adalah susahnya diberi makan dan minum. Makanan dan minuman yang bergizi kita tolak karena terkadang memang rasanya tidak menyenangkan. Kita lebih suka dengan cokelat dan permen yang cenderung kurang baik untuk kesehatan dan pertumbuhan.
Sifat cengeng adalah sisi lain dari masa kecil kita. Sedikit mendapat masalah kita langsung menangis. Selain itu, di saat kita kecil kita suka berbuat dengan sesuka hati. Kitapun sering bertindak nakal dan jahil terhadap orang lain. Kita akan sangat senang apabila berhasil membuat orang lain celaka.Ketika kita kecil kita tidak bisa pula membedakan benar-salah.
> Sekarang ini, kita mungkin telah berumur, 20,30,40, ataupun 50an tahun. Kita mungkin sudah mempunyai berpuluh-puluh anak cucu. Rambut kitapun sudah memutih. Tapi apakah sifat-sifat itu sudah hilang? Ternyata belum teman-teman. Kita masih saja seperti anak kecil. Di dalam kebodohan kita, kita masih sangat menikmati berguling-guling dalam lumpur hidup duniawi. Lumpur yang sesungguhnya kotor kita anggap sebagai emas yang berharga. Nasehat dari Guru yang menyarankan agar jangan tenggelam dalam kegidupan seperti itu seringkali kita acuhkan karena kita sangat menikmati hal tersebut. Bahkan Guru yang berusaha membersihkan lumpur tersebut kita anggap musuh karena kita tidak senang akan hal tersebut. Meditasi yang mampu membersihkan lumpur juga malas untuk kita lakukan. Demikian melekat hidup duniawi dalam benak kita.
Demikian pula halnya dalam hal makan. Makanan yang bersih, sehat, dan suci yang disarankan Guru terkadang kita abaikan. Kita masih larut dalam memuaskan lidah yang manja akan gemerlap rasa. Bahkan makanan yang sesungguhnya tidak baik untuk dimakan malah lebih tertarik untuk kita nikmati. Makanan untuk Sang Diri pun kita seringkali lupakan. Kehidupan rohani yang demikian jauh dari hidup kita membuat rohani kita semakin kurus dan kering
Bahkan di usia kita yang sudah uzur pun ternyata kita masih saja cengeng. Masih saja kita menangisi hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu. Dalam ketidaktahuan, kita menangisi hal-hal yang seharusnya seharusnya tidak boleh membuat kita sedih. Kecenderungan untuk berbuat sesuka hatipun masih kita miliki. Yang ada di benak kita hanyalah kesenangan pribadi. Dengan senang hati kita terkadang bergembira di atas penderitaan orang lain. Hal yang baik dan benar semakin kita abaikan. Bahkan kalaupun kita tahu itu salah, kita tetap tidak kuasa untuk tidak melakukannya. Control diri kita masih sangat lemah seperti halnya seorang anak kecil yang baru lahir.
Mari kita renungkan kembali seberapa dewasa diri kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar